Perubahan

Perubahan. Satu kata atau satu keadaan yang sering kali membuat kita shock menghadapi suatu keadaan baru, mungkin bingung, atau bahkan bagi banyak orang menguntungkan, namun tak jarang justru merugikan beberapa orang yang lain.

Hal mendasar yang perlu kita renungkan bersama adalah bahwa perubahan seringkali merupakan jawaban yang paling tepat ketika di dalam perjalanan suatu proses terjadi suatu gap atau kesenjangan yang cukup lebar antara harapan dan kenyataan yang lazim kita sebut “masalah”.

Mari kita mencoba masuk ke dalam apa yang akan kita bahas pada tajuk kali ini. Kita dapat bersama-sama melihat dan merasakan begitu banyak dan kompleksnya masalah yang dihadapi oleh OMK kita saat ini. Bukan hanya sekedar soal religiusitas yang menjadi masalah bagi OMK. Sebagai contoh, di kota kecil dengan 3 Paroki seperti Blitar misalnya, banyak sekali contoh kasus di luar hal-hal religiusitas yang membuat kita harus mengelus dada. OMK yang sekarang seharusnya peka terhadap lingkungan sosial di sekitarnya, nyatanya sama sekali tidak menunjukkan sikap peduli.

Mereka seolah hanya larut di dalam arus jaman yang menggiring mereka pada sikap hedonisme (orientasi mencari kenikmatan semata) yang sekarang telah meracuni berbagai sendi kehidupan kaum muda.

Bertolak dari keprihatinan ini kita dapat sejenak menengok hal apa yang telah dilakukan gereja untuk dapat mengambil bagian dalam usaha mencari solusi atas masalah ini.

Sesuai hasil Ardas tahun 2009, Keuskupan Surabaya telah menyimpulkan satu kesimpulan umum sebagai cita-cita bersama yaitu : “Gereja Keuskupan Surabaya sebagai persekutuan murid-murid Kristus yang semakin dewasa dalam iman, guyub, penuh pelayanan dan misioner”

Dari sederet kalimat di atas, secara tersirat tampak bahwa gereja sangat peduli akan perkembangan OMK. Banyak hal yang bisa segera dilakukan untuk memperbaiki keadaan yang kita anggap memprihatinkan ini. Salah satu program yang diharapkan dapat mengubah keadaan adalah sebuah diklat leadership yang memang sudah pernah diadakan di Paroki Santo Yusup Blitar.

Kenapa sebuah diklat kepemimpinan menjadi begitu urgent? Karena memang saat ini OMK di Blitar seolah kehilangan sosok yang mampu memimpin arah kegiatan mereka ke hal-hal yang membangun dan mendewasakan. Yang menjadi harapan kita bersama adalah setelah diadakannya sebuah diklat kepemimpinan yang terencana dan berkelanjutan, maka OMK di Blitar dapat menemukan kembali jati diri mereka sebagai OMK sejati dan dapat membantu Keuskupan dalam usaha mewujudkan cita-cita bersama sesuai hasil Ardas.

Satu hal yang dapat saya sampaikan untuk sidang pembaca yang budiman: Segera bertindak untuk berubah!

Johanes Patrisius Andreas

OMK St Yusup Blitar

Leave a comment